Sore ini, aku akan bertemu
dengannya lagi setelah sekian lama aku tak bertemu dengan Filbert. Di sore yang
gelap gulita karena hujan, terasa
seperti sore yang penuh dengan warna. Saat aku sedang menyelusuri jalan untuk
kedepan rumah aku sudah melihat wajahnya yang begitu rupawan dan membuatku mulai
terpesona oleh senyumannya yang begitu menawan yang membuat hatiku meleleh. Dia
menyapaku dengan sepenggal kata saja “Sore,” aku hanya bisa membalasnya dengan
kalimat yang sama.
Aku persilahkan dia untuk masuk
kerumah, setelah berbincang-bincang cukup lama, tiba-tiba aku mendengar sepatah kalimat yang
keluar dari mulut manisnya, yang membuat hati ini bergejolak, “maafkan aku, ini semua bukan salahmu, tapi
aku sudah tidak bisa menjalani hubungan ini lagi, hubungan ini cukup sampai di
sini saja.” Aku hanya dapat termenung dengan kata-kata yang di ucapkannya
barusan, karena tak kuasa menahan, setetes
demi setetes air mataku mulai berjatuhan. Dia berusaha untuk menenangkanku,
tapi apa daya hati ini sudah terlanjur tergores luka. Filbert hanya dapat
mengatakan sepenggal kata kepadaku “maaf” hanya kata itu yang keluar dari mulut
manisnya. Sebelum dia meninggalkan aku, dia memberikan pelukan kepadaku untuk
yang terakhir kalinya, rasanya aku tak kuasa untuk menerima semua ini. Bagiku hari
ini seperti mimpi burukku.
Keesokkan harinya rasanya berat
bagiku untuk melangkahkan kaki kesekolah, karena disana banyak sekali kenangan
yang telah ku ukir bersamanya. Tapi aku berusaha untuk tetap masuk, aku
berusaha untuk bersikap biasa, seperti tidak ada kejadian yang membuat hati ini
tergores. Untung ada sahabat-sahabatku yang sangat mengerti suasana hatiku saat
ini, tanpa perlu aku ceritakan kepada mereka, mereka sudah paham. Tiba-tiba air
mata ini berderai dengan kencang saat melihat Filbert sudah bersama orang lain.
Dia sudah ada di pelukan mantan pacarnya lagi. Rasanya hati ini tak kuasa untuk
menahan rasa pedih di dalam hati, tapi aku berusaha untuk tegar dalam menerima
semua hal ini. Sahabat-sahabatku dengan sigap mulai menenangkan hatiku yang
mulai goyah. Melisa mulai mengatakan sesuatu yang membuat hati ini merasa tidak
begitu gundah “Suatu saat nanti kamu pasti akan menemukan seseorang yang lebih
dari dia cia.” Aku hanya dapat mengiyakan perkataannya dengan menganggukan kepalaku
saja.
Setelah pulang sekolah aku
langsung berlari menuju kamarku untuk menenangkan diriku. Aku hanya dapat
berbaring lemah tak berdaya di atas kasurku. Tanpaku sadari aku mulai
menetaskan air mata ini lagi. Aku masih belum bisa menerima kenyataan ini kalau
dia sudah kembali kepelukan mantannya lagi, padahal aku sudah terlanjur
mencintainya. Di dalam benakku hanya dapat berkata, “ini tak mungkin terjadi,
ini cuma mimpi.” Tapi apa daya hal itu benar-benar terjadi. Aku hanya dapat
memeluk erat serpihan hati ini yang telah ia buat kepadaku.
Hari demi hari mulai dapat ku
lewati dengan tidak bersamanya, hati ini sudah rela melepaskannya bersama orang
lain. Dan aku mulai ceria seperti dahulu kala. Waktu demi waktu terus berganti,
dan dalam waktu yang tak dapat ku sangka, aku mulai menemukan penggantinya.
Nama orang tersebut adalah Jeevan, Jeevan berhasil memulihkan semangatku
seperti dahulu. Banyak hal yang aku pelajari dari Jeevan. Karakter yang aku
sukai dari dia adalah, dia pendiam tapi tetap bijaksana, hal itu yang membuat
dia begitu menawan di mataku.
Setelah berhubangan dengan Jeevan
cukup lama, aku tak menyangka bahwa hari ini dia mengajakku ke tempat yang ia
suka dan hal yang paling tak ku sangka tiba-tiba ia menembakku, dia hanya dapat
mengucapkan sepatah kalimat “Felicia, kamu mau enggak menjadi pacarku?”
kemudian ia melanjutkan dengan mengalunkan sebuah lagu yang ia petik dari gitar
kesayangannya, yang ia bawa saat ini. Sebelum aku menjawabnya, aku hanya dapat
diam merenungkan apa yang harus aku jawab. Setelah beberapa saat ku renungkan
akhirnya aku menjawab “iya.” Dan mulai saat ini aku sudah menemukan pengganti
Filbert di dalam hidupku ini. Burung-burung yang berterbangan menyanyikan
sebuah lagu selamat untukku dan Jeevan, dan bunga-bunga yang bermekaran
memberikan senyumman termanisnya untukku dan Jeevan. Hari ini hari yang tak
dapat ku lupkan, mungkin sampai akhir hanyatku.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteBagus, kak cerpennya,.pengalaman pribadi ya?
ReplyDeleteupload cerpen yang lainnha dong;););) '=) hehe
Terima kasih atas informasinya min.
ReplyDelete