share

Read latest headlines in your favorite news reader
Fellow Readers
Sign up for our email news letter

Thursday, January 24, 2013

Melepasmu, ku dapatkan yag lebih baik



Sore ini, aku akan bertemu dengannya lagi setelah sekian lama aku tak bertemu dengan Filbert. Di sore yang gelap gulita karena hujan,  terasa seperti sore yang penuh dengan warna. Saat aku sedang menyelusuri jalan untuk kedepan rumah aku sudah melihat wajahnya yang begitu rupawan dan membuatku mulai terpesona oleh senyumannya yang begitu menawan yang membuat hatiku meleleh. Dia menyapaku dengan sepenggal kata saja “Sore,” aku hanya bisa membalasnya dengan kalimat yang sama.
Aku persilahkan dia untuk masuk kerumah, setelah berbincang-bincang cukup lama,  tiba-tiba aku mendengar sepatah kalimat yang keluar dari mulut manisnya, yang membuat hati ini bergejolak,  “maafkan aku, ini semua bukan salahmu, tapi aku sudah tidak bisa menjalani hubungan ini lagi, hubungan ini cukup sampai di sini saja.” Aku hanya dapat termenung dengan kata-kata yang di ucapkannya barusan, karena tak kuasa menahan,  setetes demi setetes air mataku mulai berjatuhan. Dia berusaha untuk menenangkanku, tapi apa daya hati ini sudah terlanjur tergores luka. Filbert hanya dapat mengatakan sepenggal kata kepadaku “maaf” hanya kata itu yang keluar dari mulut manisnya. Sebelum dia meninggalkan aku, dia memberikan pelukan kepadaku untuk yang terakhir kalinya, rasanya aku tak kuasa untuk menerima semua ini. Bagiku hari ini seperti mimpi burukku.
Keesokkan harinya rasanya berat bagiku untuk melangkahkan kaki kesekolah, karena disana banyak sekali kenangan yang telah ku ukir bersamanya. Tapi aku berusaha untuk tetap masuk, aku berusaha untuk bersikap biasa, seperti tidak ada kejadian yang membuat hati ini tergores. Untung ada sahabat-sahabatku yang sangat mengerti suasana hatiku saat ini, tanpa perlu aku ceritakan kepada mereka, mereka sudah paham. Tiba-tiba air mata ini berderai dengan kencang saat melihat Filbert sudah bersama orang lain. Dia sudah ada di pelukan mantan pacarnya lagi. Rasanya hati ini tak kuasa untuk menahan rasa pedih di dalam hati, tapi aku berusaha untuk tegar dalam menerima semua hal ini. Sahabat-sahabatku dengan sigap mulai menenangkan hatiku yang mulai goyah. Melisa mulai mengatakan sesuatu yang membuat hati ini merasa tidak begitu gundah “Suatu saat nanti kamu pasti akan menemukan seseorang yang lebih dari dia cia.” Aku hanya dapat mengiyakan perkataannya dengan menganggukan kepalaku saja.

Setelah pulang sekolah aku langsung berlari menuju kamarku untuk menenangkan diriku. Aku hanya dapat berbaring lemah tak berdaya di atas kasurku. Tanpaku sadari aku mulai menetaskan air mata ini lagi. Aku masih belum bisa menerima kenyataan ini kalau dia sudah kembali kepelukan mantannya lagi, padahal aku sudah terlanjur mencintainya. Di dalam benakku hanya dapat berkata, “ini tak mungkin terjadi, ini cuma mimpi.” Tapi apa daya hal itu benar-benar terjadi. Aku hanya dapat memeluk erat serpihan hati ini yang telah ia buat kepadaku.
Hari demi hari mulai dapat ku lewati dengan tidak bersamanya, hati ini sudah rela melepaskannya bersama orang lain. Dan aku mulai ceria seperti dahulu kala. Waktu demi waktu terus berganti, dan dalam waktu yang tak dapat ku sangka, aku mulai menemukan penggantinya. Nama orang tersebut adalah Jeevan, Jeevan berhasil memulihkan semangatku seperti dahulu. Banyak hal yang aku pelajari dari Jeevan. Karakter yang aku sukai dari dia adalah, dia pendiam tapi tetap bijaksana, hal itu yang membuat dia begitu menawan di mataku.
Setelah berhubangan dengan Jeevan cukup lama, aku tak menyangka bahwa hari ini dia mengajakku ke tempat yang ia suka dan hal yang paling tak ku sangka tiba-tiba ia menembakku, dia hanya dapat mengucapkan sepatah kalimat “Felicia, kamu mau enggak menjadi pacarku?” kemudian ia melanjutkan dengan mengalunkan sebuah lagu yang ia petik dari gitar kesayangannya, yang ia bawa saat ini. Sebelum aku menjawabnya, aku hanya dapat diam merenungkan apa yang harus aku jawab. Setelah beberapa saat ku renungkan akhirnya aku menjawab “iya.” Dan mulai saat ini aku sudah menemukan pengganti Filbert di dalam hidupku ini. Burung-burung yang berterbangan menyanyikan sebuah lagu selamat untukku dan Jeevan, dan bunga-bunga yang bermekaran memberikan senyumman termanisnya untukku dan Jeevan. Hari ini hari yang tak dapat ku lupkan, mungkin sampai akhir hanyatku.

3 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Bagus, kak cerpennya,.pengalaman pribadi ya?
    upload cerpen yang lainnha dong;););) '=) hehe

    ReplyDelete