share

Read latest headlines in your favorite news reader
Fellow Readers
Sign up for our email news letter

Monday, October 14, 2013

Citraan



Citraan adalah penggambaran mengenai objek berupa kata, frase, atau kalimat yang tertuang di dalam puisi atau prosa. Citraan dimaksudkan agar pembaca dapat memperoleh gambaran konkret tentang hal-hal yang ingin disampaikan oleh pengarang atau penyair. Dengan demikian, unsur citraan dapat membantu kita dalam menafsirkan makna dan menghayati sebuah puisi secara menyeluruh.

Jenis/macam citraan (imaji)

1.   Citraan penglihatan (visual imegery)
Citraan penglihatan adalah citraan yang ditimbulkan oleh indera penglihatan (mata). Citraan ini paling sering digunakan oleh penyair. Citraan penglihatan mampu memberi rangsangan kepada indera penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah-olah terlihat.
Contoh:
Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai

(Amir Hamzah, Padamu Jua)


2.   Citraan pendengaran (auditory imagery)
Citraan pendengaran adalah citraan yang dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara, misalnya dengan munculnya diksi sunyi, tembang, dendang, dentum, dan sebagainya. Citraan pendengaran berhubungan dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga).
Contoh:
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku

(Chairil Anwar, Sajak Putih)
3.   Citraan perabaan (tactile imagery)
Citraan perabaan adalah citraan yang dapat dirasakan oleh indera peraba (kulit). Pada saat membacakan atau mendengarkan larik-larik puisi, kita dapat menemukan diksi yang dapat dirasakan kulit, misalnya dingin, panas, lembut, kasar, dan sebagainya.
Contoh:
Kapuk randu, kapuk randu!
Selembut tudung cendawan
Kuncup-kuncup di hatiku
Pada mengembang bermerkahan

(WS Rendra, Ada Tilgram Tiba Senja)


4.   Citraan penciuman (olfactory)
Citraan penciuman adalah citraan yang berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera penciuman. Citraan ini tampak saat kita membaca atau mendengar kata-kata tertentu, kita seperti mencium sesuatu.
Contoh:
Dua puluh tiga matahari
Bangkit dari pundakmu
Tubuhmu menguapkan bau tanah
                                              
(WS Rendra, Nyanyian Suto untuk Fatima)


5.   Citraan pencecapan (gustatory)
Citraan pencecapan adalah citraan yang berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera pencecap. Pembaca seolah-olah mencicipi sesuatu yang menimbulkan rasa tertentu, pahit, manis, asin, pedas, enak, nikmat, dan sebagainya.
Contoh:
Dan kini ia lari kerna bini bau melati
Lezat ludahnya air kelapa

(WS Rendra, Ballada Kasan dan Patima)





6.   Citraan gerak (kinaesthetic imagery)    
Citraan gerak adalah gambaran tentang sesuatu yang seolah-olah dapat bergerak. Dapat juga gambaran gerak pada umumnya.
Contoh:
Pohon-pohon cemara di kaki gunung
pohon-pohon cemara
menyerbu kampung-kampung
bulan di atasnya
menceburkan dirinya ke kolam
membasuh luka-lukanya

(Abdulhadi, Sarangan)

Selain citraan di atas, ada pula ahli sastra yang menambahkan jenis citraan lain, yaitu:
1.   Citraan perasaan
Puisi merupakan ungkapan perasaan penyair. Untuk mengungkapkan perasaannya tersebut, penyair memilih dan menggunakan kata-kata tertentu untuk menggambarkan dan mewakili perasaannya itu. Sehingga pembaca puisi dapat ikut hanyut dalam perasaan penyair.
Perasaan itu dapat berupa rasa sedih, gembira, haru, marah, cemas, kesepian, dan sebagainya.
Contoh:
Alangkah pilu siutan angin menderai
Mesti berjuang menghabiskan lagu sedih
Kala aku terpeluk dalam lengan-lenganmu
Sebab keinginan saat ini mesti tewas dekat usia
(Toto Sudarto Bachtiar, Wajah)

2.   Citraan intelektual           
Citraan intelektual adalah citraan yang dihasilkan oleh/ dengan asosiasi-asosiasi intelektual.
Contoh:
Bumi ini perempuan jalang
yang menarik laki-laki jantan dan pertapa
ke rawa-rawa mesum ini
dan membunuhnya pagi hari
(Subagio Sastrowardoyo, Dewa Telah Mati)

Contoh puisi yang banyak mengandung citraan terlihat berikut ini.
DUKA CITA
Yang memucat wajahnya
merenungi kelabu dinding kamar
yang ditinggal mati penghuninya
sedang di luar
anjing terdiam
tak melihat kupu terbang
menjatuhkan madu di lidahnya
yang terasa getir
Angin tidak bekerja
ranting pohonan merunduk
menyesali daun kering yang terlepas
waktu perempuan berkerudung hitam
melangkah di atas daunan
berisik, menyayat hati burung
yang pecah telurnya                   
Tangan-tangan gadis
yang pucat mukanya
diam-diam meronce melati
sambil mengusap air mata
Di  ujung desa
jenazah sedang di sucikan
(Kuntowijoyo)

4Men feat Mi - Here I Am



Here I am yeogi Here I am
Here I am naega yeogie yeogi inneunde

Here I am jigeum Here I am
Here I am jigeum yeogie naega inneunde

nal da jwodo mojara
nal beoryeodo mojara
naega neol eolmamankeum saranghaneunjireul
moreul geoya ama neon Here I am

Here I am yeogi Here I am
Here I am naega yeogie yeogi inneunde

nal da jwodo mojara
nal beoryeodo mojara
naega neol eolmamankeum saranghaneunjireul
gateun jarieseo neol gidarilge

nal yokhaedo gwaenchanha
nal beoryeodo gwaenchanha
naega neol eolmamankeum saranghaneunjireul
moreul geoya ama neon Here I am

moreul geoya ama neon Here I am

Sastra Lama dan Sastra Baru


  Sastra Lama:

Sastra lama adalah sastra yang berbentuk lisan atau sastra melayu yang tercipta dari suatu ujaran atau ucapan. Sastra lama masuk ke indonesia bersamaan dengan masuknya agama islam pada abad ke-13. Peninggalan sastra lama terlihat pada dua bait syair pada batu nisan seorang muslim di Minye Tujuh, Aceh.

Ciri dari sastra lama yaitu :
- Anonim atau tidak ada nama pengarangnya
- Istanasentris (terikat pada kehidupan istana kerajaan)

- Tema karangan bersifat fantastis

- Karangan berbentuk tradisional
- Proses perkembangannya statis
- bahasa klise

 Contoh-contoh Sastra Lama:
a. fabel
yaitu cerita hewan, dan biasanya pada fabel tersirat makna atau pesan moral yang mendalam.
contoh: Angkaro dan Tunturana
b. mantra
adalah ujar-ujar yang merupakan sumber kekuatan spritual leluhur pusaka.
c. gurindam
adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh.
contoh: Gurindam 12-nya Raja Haji Ali, seorang sastrawan dan pahlawan nasional dari kepulauan Riau
d. pantun
adalah puisi Melayu asli yang terdiri atas empat larik, bersajak a-b-a-b. Berdasarkan isinya, pantun terdiri atas pantun jenaka, pantun teka-teki, pantun adat, pantun agama, pantun nasihat, dan masih cukup banyak lagi. sedangkan kalau menurut bentuknya, terbagi menjadi pantun biasa, talibun, seloka, dan pantun kilat.
contoh pantun teka-teki:
Kalau tuan bawa keladi
Bawakan juga si pucuk rebung
Kalau tuan bijak bestari
Binatang apa tanduk dihidung ?
e. syair
adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. biasanya terdiri atas 4 baris, berirama a-a-a-a dan semuanya mengandung isi.


Sastra Baru
Sastra baru sendiri adalah karya sastra yang telah dipengaruhi oleh karya sastra asing sehingga sudah tidak asli lagi.
Ciri-ciri sastra lama:
- Pengarang dikenal oleh masyarakat luas
- Bahasanya tidak klise
- Proses perkembangan dinamis
- tema karangan bersifat rasional
- bersifat modern / tidak tradisional
- masyarakat sentris (berkutat pada masalah kemasyarakatan)

Novel, biografi, cerpen (cerita pendek), drama, dan sebagainya adalah contoh-contoh sastra baru.